Minggu, 17 Oktober 2010

MENDISPLINKAN ANAK BERDASARKAN UMUR

Mengajarkan disiplin pada anak memang bukan perkara mudah, tapi jika hal itu berhasil dilakukan maka kepuasan besar akan dirasakan orangtua. Dalam tahap perkembangannya, cara mendisiplinkan anak pastilah berbeda. Bagaimana caranya?

Penting bagi orangtua untuk menentukan dan mengajarkan anak-anak hal apa saja yang bisa diterima dan yang tidak dapat diterima, serta menetapkan batasan-batasan tapi tetap membuat anak merasa nyaman.

Dilansir dari SheKnows, Sabtu (17/7/2010), berikut cara mendisiplikan anak berdasarkan tingkat usia:

Balita (0-5 tahun)

Bila balita Anda rewel dan tak bisa diatur, jangan tangani dengan membiarkannya, karena hal tersebut hanya akan membuatnya semakin gelisah. Selain itu, jangan menghukum atau memarahi balita yang nakal.

Kenali hal-hal yang membuatnya tak bisa diatur. Lapar, lelah dan merasa terganggu mungkin menjadi alasannya. Mendisiplinkan balita cukup dengan memberi penjelasan yang baik dan dengan bahasa yang positif. Balita juga biasanya menyukai sentuhan lembut dari ibu, karena dengan begitu ia merasa terlindungi.

Anak-anak (6-10 tahun)

Jadikan waktu pertemuan keluarga sebagai ajang untuk mendisplinkan anak. Ajarkan anak untuk bertanggungjawab sejak dini, misalnya dengan mengajarkannya melakukan tugas rutinitas rumah.

Selain itu, jangan memberinya hukuman bila melakukan hal yang salah. Bicaralah dari hati ke hati, beri anak penjelasan bahwa yang ia lakukan salah dan ajarkan hal yang seharusnya ia lakukan.

Tween atau ABG (11-14 tahun)

Ketika bergerak ke arah remaja, anak biasanya akan mencari bukti agar orangtua tidak memperlakukannya seperti anak kecil lagi. Maka, bicaralah dengan tegas dan percaya diri, serta gunakan kata seminimum mungkin ketika Anda memintanya melakukan sesuatu.

Berikan penjelasan tentang mengapa si anak perlu melakukan sesuatu dan hanya lakukan hal tersebut bila ia bertanya tanpa merengek atau disertai dengan tindakan kasar atau lancang.

Hindari perlawanan, dengarkan si anak ketika ia sedang marah, tetapi beri juga dorongan untuk berdiskusi dan bernegosiasi dengannya. Berilah ia penjelasan dengan bahasa yang positif.

Remaja (15-18 tahun)

Mendisiplinkan remaja adalah hal besar yang membantu Anda untuk membimbingnya menuju tahap kedewasaan yang lebih baik.

Menciptakan kesiapan dengan meminta pendapat si anak tentang segala hal yang menurutnya benar atau salah perlu dilakukan. Karena orangtua juga perlu mengetahui bagaimana cara pandang anak terhadap sesuatu hal.

Untuk bicara dengan remaja, gunakan cara tulus yang menghargainya. Hal tersebut bisa membuat Anda lebih memahami sudut pandang saat ia memilah-milah kejadian dalam kehidupannya.

Tugas Anda sekarang adalah membantu si anak menemukan suaranya sendiri pada kepekaan hidup yang lebih baik untuk siap menghadapi tahap kedewasaan.(mer/ir)

Minggu, 10 Oktober 2010

PUISI



Karya : Dorothy Law Notle

Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan
Ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan
Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
Ia belajar menaruh rasa kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Jumat, 08 Oktober 2010

Ketulusan yang Terabaikan



Suatu saat istri harus menjalankan kegiatan ke luar. Karena libur, maka giliran saya menjaga dan mengurus buah hati dirumah.
Hari pertama berperan sebagai ‘ibu’ sungguh mengesankan. Saya harus memasak air ,menyapu rumah dan halaman, mencuci piring dan pakaian, memasak nasi dan menyediakan sarapan anak-anak, memandikan mereka, menemani bermain, membereskan mainan yang berantakan sesekali harus melerai mereka saat bertengkar.Saya juga harus membersihkan kotoran mereka karena BAB, lalu mengganti pakainya. Belum lagi ‘kehebohan’ yang terjadi saat menyuruh anak-anak tidur siang. Sungguh rangkaian kegiatan yang sangat melelahkan dan menguras keringat. Padahal itu baru sehari!
Ayah, Bapak, Abi, bayangkan betapa lelahnya istri-istri kita dengan semua tugas rumah tanggayang harus ia kerjakan, berhari-hari, dari pagi bahkan sampai pagi lagi. Sayangnya , ketulusan mereka sering kita abaikan.Ambilah contoh istri saya. Dia telah menjalani semua itu setiap hari selama kurang lebih 5 tahun atau 1.800 hari. Jika nakan dihitung 3 kali sehari, maka istri telah memasak untuk saya 5400 kali. Mencuci piring dan perabotan rumahsebanyak 3600 kali. Memandikan anak lebih dari 7200 kali. Dan masih banyak lagi kelelahan dan kepayahan harus dia jalani.
Tapi setiap kali saya pulang kerja, istri masih bisa tersenyum tulus menyambut saya. Seolah tidak ada kelelahan sedikitpun. Bahkan sesekali dia sanggup memijat saya. Subhanalloh.
Saya masih ingat ketika suatu saat sayur masakan istri kurang terasa bumbunya. Wajah saya saat itu kurang bersahabat dan saya tidak makan sayur tersebut.setelah saya renungkan, tidaklah mungkin istri saya sengaja memasak sayur yang tidak enak untuk suaminya.faktanya, baru sekali masakan istri terasa kurang enak,sedangkan ribuan kali dihari lainya sangat enak.
Lantas mengapa saat itu saya harus marah, egois dan melupakan kebaikan yang lalu? Mengapa kebaikan istri yang luar biasa itu hilang hanya dengan masakan sekali masakan yang kurang enak? …

(bersambung)

Stres



Adalah keadaan internal diri yang disebabkan adanya tuntutan fisik, lingkungan atau situasi social. Misalnya perilaku orang lain terhadap kita, misalnya baru pindah rumah atau pindah tempat bekerja.
Stres bersifat individual, tidak terkontrol, merusak fisiologis dan fisik. “ berpotensi merusak, hanya sering kita tidak sadar “ menurut Dra Rustika Thamrin, Psi,CBA,Cht,CIPsi. (psikolog di Brawijaya Hospitals)
Hal ini terjadi karena ketidak seimbangan antara daya tahan mental, individu itu sendiri dan beban yang dirasakan.
“ Apakah stress itu mengganggu ? “,… Daya tahan stres setiap orang berbeda, tergantung bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsikan sesuatu peristiwa.
Suka ngeh tidak, ketika mendengar teman curhat, hati kita bicara, “ yah, baru segitu saja sudah stress …”

ADA 2 JENIS STRES

Yaitu eustress dan distress.
Eustress (stress positif) hasil dari respon stress yang bersifat sehat, positif, membangun, kemampuan adaptasinya tinggi. Contoh, ketika akan menghadapi ujian, kita rajin belajar. Saat berhasil mengatasi stress, ada kenaikan level dalam diri yang membuat kita jadi kuat. “ Kalau sudah begini, percaya deh, stress itu malah bikin kangen ”
Lain lagi dengan Distress, hasil responnya tidak sehat, negative dan merusak. Ini terjadi karena kita tak mampu mengatasi stress.

Akibat stres ...
Formula Bebas Stres ..
Paradoks Energi ....

Tunggu di edisi berikutnya


(bersambung … tunggu ya…)

Pillow Talk

Kebiasaan ngobrol dengan suami/istri sebelum tidur ternyata efektif untuk menghangatkan cinta.
Sebab, kita telah menjalankan rumus cinta, yakni, meningkatkan passion, intimacy (kedekatan) dan komitmen bersama.
Obrolannya ringan aja, mulai dari berbagi cerita aktifitas selama seharian, sampai ke rencana ke depan. Kebiasaan ini akan memberikan rasa nyaman. Komunikasi yang telah terbangun tadi telah membantu kita untuk bias saling menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, baik kecil ataupun besar. Jadi selain menghangatkan “ kemesraan” juga ga bakalan terjadi, tiba – tiba istri cemberut karena minta sesuatu ga bias ngomong….
Coba Dech... nanti ketagihan

Akibat MEMBENTUK dengan MEMBENTAK



" Sana sedikit ! " Inas membentak sambil memukul kaki Intan, sudah kali ketiga intan meletakan kaki di atas perut kakaknya, smbari menyedot botol susu. Kemudian, dengan geram Inas mendorong bocah 3 tahun itu hingga terguling kebawah tempat tidur.
Raungan tangis Intan membuat ibu dan ayah tergopah - gopah masuk kamar. Melihat bungsunya terlentang dilantai dan botol susu yang tak lagi digenggamnya, ibu spontan memeluk dan mengangkat Intan. Ayah pun tak tinggal diam, ia memukul kaki Inas.
Bukan hanya itu, mereka memarahi Inas, " Kamu gimana sih Nas, mbok ya, adikmu dijaga ! Kapan sih kamu berubah dan menyayangi adik ?! " kata ibu dengan mata melotot.
Ayah makin marah, ketika ia menoleh ke jam dinding yang menunjukan pukul 9 malam, dan buku - buku komik Inas berserakan diatas dan disekitar tempat tidur. " Sekarang sudah jam berapa Nas ? mau tidur jam berapa kamu ? Besok kan sekolah, kenapa masih baca komik terus ? Ayo tidur ! susah amat sih diatur ! Awas kalau besok terlambat ! "
Bentakan ayah dengan suaranya yang parau membuat Inas cemberut dan cepat - cepat memejamkan mata. Gadis cilik berusia 7 tahun itu perih hatinya.
Ia tak bisa melawan ayah dan ibu, juga tak bisa menerangkan kejadian yang sesungguhnya. Baginya, perbuatan Intan sangat menjengkelkan. Seenaknya saja Intan melayangkan kaki ke atas perut Inas, berkali - kali pula. Perutku kan tipis dan kecil, nanti kalu pecah gimana ?
Ia juga merasa orang tuanya tidak adil. Sebelum meninggalkan kamar, ibu menghibur Intan sambil mengecup dahinya. Sementara Ia sama sekali tak diindahkan. Ayah dan ibunya meninggalkan dirinya dengan bentakan menyakitkan yang masih terngiang-ngiang ditelinganya.
Tanpa terasa, air matanya menetes. Inas akhirnya tertidur dan bermimpi buruk. Dalam tidurnya, Inas menangis terisak isak.
Ketika trbangun, Inas masih meraakan suasani hati yang tidak enak. Dilihatnya Intan yang masih terlelap, mulutnya terdapat sisa susu yang mengering, mengingatkan Inas pada bentakan yang menakutkan semalam.
Esok harinya, Inas kembali dibentak kedua orang tuanya untuk bersikap baik pada adiknya dan bicara sopan. Kata-kata yang tidak mengenakan ini Ina peroleh karena ia membentak Intan yang tidak sengaja menginjak bukunya dilantai.
Bagaimana mungkin, Inas bisa bersikap lembut dan berkata baik pada adikny, ementara ayah dan ibu senantiasa berkata keras kepadanya? Dapatkah Ina kecil menjadi kakak yang berkata lembut, opan dan berikap baik kepada adik ? sementara dirinya dibesarkan dengan bentakan ayah dan ibu ?
Inas, begitu pula anak-anak kita, hanya MENIRU APA YANG DIA DAPAT DARI KEDUA ORANG TUANYA, jadi jangan berharap kita mendapatkan anak yang BAIK, SOPAN, LEMBUT DAN RAMAH, pada adik dan kawannya bila kita masih MEMBENTUK mereka dengan cara membentak.

(lihat Al -Qur'an urat Ali Imran (3) ayat 159)

Sumber : Jendela Hati Majalah UMMI

Rabu, 06 Oktober 2010

16 Kesalahan Mendidik Anak

Kadang kita tidak sadar dalam mendidik anak, bermaksud baik, tetapi ternyata merusak mereka
Apa saja kesalahan itu ... (bersambung)