Jumat, 08 Oktober 2010

Ketulusan yang Terabaikan



Suatu saat istri harus menjalankan kegiatan ke luar. Karena libur, maka giliran saya menjaga dan mengurus buah hati dirumah.
Hari pertama berperan sebagai ‘ibu’ sungguh mengesankan. Saya harus memasak air ,menyapu rumah dan halaman, mencuci piring dan pakaian, memasak nasi dan menyediakan sarapan anak-anak, memandikan mereka, menemani bermain, membereskan mainan yang berantakan sesekali harus melerai mereka saat bertengkar.Saya juga harus membersihkan kotoran mereka karena BAB, lalu mengganti pakainya. Belum lagi ‘kehebohan’ yang terjadi saat menyuruh anak-anak tidur siang. Sungguh rangkaian kegiatan yang sangat melelahkan dan menguras keringat. Padahal itu baru sehari!
Ayah, Bapak, Abi, bayangkan betapa lelahnya istri-istri kita dengan semua tugas rumah tanggayang harus ia kerjakan, berhari-hari, dari pagi bahkan sampai pagi lagi. Sayangnya , ketulusan mereka sering kita abaikan.Ambilah contoh istri saya. Dia telah menjalani semua itu setiap hari selama kurang lebih 5 tahun atau 1.800 hari. Jika nakan dihitung 3 kali sehari, maka istri telah memasak untuk saya 5400 kali. Mencuci piring dan perabotan rumahsebanyak 3600 kali. Memandikan anak lebih dari 7200 kali. Dan masih banyak lagi kelelahan dan kepayahan harus dia jalani.
Tapi setiap kali saya pulang kerja, istri masih bisa tersenyum tulus menyambut saya. Seolah tidak ada kelelahan sedikitpun. Bahkan sesekali dia sanggup memijat saya. Subhanalloh.
Saya masih ingat ketika suatu saat sayur masakan istri kurang terasa bumbunya. Wajah saya saat itu kurang bersahabat dan saya tidak makan sayur tersebut.setelah saya renungkan, tidaklah mungkin istri saya sengaja memasak sayur yang tidak enak untuk suaminya.faktanya, baru sekali masakan istri terasa kurang enak,sedangkan ribuan kali dihari lainya sangat enak.
Lantas mengapa saat itu saya harus marah, egois dan melupakan kebaikan yang lalu? Mengapa kebaikan istri yang luar biasa itu hilang hanya dengan masakan sekali masakan yang kurang enak? …

(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar