Minggu, 17 April 2011

Membedong Bayi, Dianjurkan Atau Malah Membahayakan?

Tradisi membedong tidak hanya ada di masyarakat Indonesia atau Asia, tapi juga di seluruh dunia termasuk Amerika Selatan, Eropa, Timur Tengah dan Rusia. Hanya saja tradisi ini sempat meluntur di Eropa di abad ke-20 karena dianggap tidak alami. Namun 10 tahun belakangan ini tradisi tersebut kembali popular di Belanda karena dianggap dapat mengurangi tangis dan mengatasi kurang tidur pada bayi.

Cara membedong pun bervariasi. Ada yang membedong dengan ketat ataupun longgar. Tapi umumnya yang dianut di Indonesia adalah membedong dengan ketat untuk mencapai tujuan membedong.

Alasan atau tujuan membedong bayi yang diyakini oleh masyarakat Indonesia:
Membuat tidur lebih nyenyak dan bayi lebih tenang karena bayi merasa dipeluk dan mencegah refleks kejut (Stattling/Moro Reflex) pada bayi baru lahir.
Menghangatkan tubuh bayi
Mencegah kaki bengkok pada bayi
Mencegah kaki membuka (mengangkang pada bayi)
Memudahkan dalam memegang dan menggendong bayi

Mari kita tinjau satu per satu alasan tersebut:
1.Membuat tidur lebih nyenyak dan bayi lebih tenang.
Betul, penelitian menunjukkan bayi yang dibedong menangis lebih sedikit dan tidur lebih banyak daripada bayi yang tidak dibedong. Hal ini disebabkan karena bayi merasa nyaman seperti dipeluk seperti halnya dalam rahim ibu. Tapi kalau alasannya untuk menghindari refleks kejut? Mari kita tinjau lebih lanjut.
Bayi memang mempunyai refleks kejut yang alami dan bisa membuatnya terbangun. Hal ini dikarenakan otot bayi masih lemah sehingga belum dapat mengendalikan diri terhadap rangsangan sekitar berupa suara, sentuhan, dan lain-lain sehingga reaksi kejutnya kelihatan berlebihan. Namun refleks ini termasuk dalam urutan refleks yang diperlukan untuk membangunkan bayi saat bayi memang seharusnya bangun. Bukankah refleks diperlukan untuk mengatasi kondisi yang membahayakan?
Mari kita lihat kejadian SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) berupa kematian mendadak pada bayi karena bayi tidak dapat membangunkan dirinya sendiri saat dibutuhkan. SIDS biasanya terjadi saat bayi tidur tengkurap atau hidungnya tertutup sesuatu sehingga karbondioksida yang dihasilkan pada proses pernapasan kembali dihirupnya. Sehingga tingkat kejenuhan (saturasi) oksigen semakin menurun dan karbondioksida semakin meningkat. Normalnya dalam keadaan demikian bayi mengalami refleks kejut dan kemudian bangun, sehingga tidak terjadi SIDS. Dapat kita bayangkan apabila kita membedong bayi dengan alasan untuk menghindari refleks kejut ini, maka bayi akan tetap tidur nyenyak walaupun terjadi perubahan saturasi oksigen dan dapat membawa kematian. Membedong bayi pada posisi telentang dapat menghindari bayi dari kejadian SIDS, karena mencegahnya tengkurap. Tapi apabila bayi sudah dapat tengkurap sendiri, janganlah bayi dibedong karena apabila ia berhasil tengkurap maka susah baginya untuk bergerak untuk mengoreksi posisinya kembali dalam menghindari SIDS.

2. Menghangatkan tubuh bayi.
Bayi baru lahir memang belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan luar tubuh yang lebih dingin daripada suhu waktu ia di dalam rahim. Sehingga kita memang perlu menghangatkan tubuh bayi. Tapi tentunya tidak berlebihan. Menghangatkan tubuh bayi bisa saja dengan menyelimutinya atau membedongnya dengan longgar. Bila ingin memakaikan bedong, perlu dipilih bedong dengan bahan yang tidak terlalu tebal, jangan berlapis-lapis dan pakaian bayi jangan yang tertutup. Karena memanaskan bayi secara berlebihan bisa menjadikannya hipertermia (peningkatan suhu). Perlu juga disesuaikan dengan suhu dan kelembaban setempat. Di Afrika dimana suhu panas dan kelembaban tinggi, membedong bayi secara berlebihan malah dapat mendorong terjadinya infeksi kulit.

3. Mencegah kaki bengkok pada bayi.
Ini murni mitos. Semua bayi lahir dengan kaki bengkok yang disebabkan karena posisinya yang meringkuk selama di dalam rahim ibu. Penilaian apakah seorang bayi mempunyai kaki O atau tidak baru dapat dilakukan setelah berusia 1 – 2 tahun. Sebaliknya terlalu ketat membedong bayi dimana kaki bayi dibuat lurus dan kedua kaki rapat satu sama lain dapat menyebabkan terjadinya DDH (Developmental Dysplasia of the Hip) yaitu kelainan tulang panggul bayi, subluksasi (bergesernya bonggol sendi paha dari mangkoknya) atau bahkan dislokasi (keluarnya bonggol sendi paha dari mangkoknya)

4. Mencegah kaki membuka (mengangkang) pada bayi
Wajar bila posisi kaki bayi secara alamiah membuka, tapi hal tersebut tidak berarti dibawa seterusnya hingga dewasa. Pendidikan dan pengarahan yang benar dapat mengatasi hal ini.

5. Memudahkan dalam memegang atau menggendong bayi.
Hal ini dapat dibenarkan karena dengan dibedong postur bayi terasa lebih stabil.

Jadi bagaimana tips-tips membedong bayi?
Tidak membedong bayi tidak ada ruginya.
Bila ingin membedong bayi, taatilah aturan sebagai berikut:
Bedonglah dengan longgar dan jangan sampai bayi kepanasan. Keuntungannya: bayi dapat tetap hangat, tidur lebih nyenyak, tanpa beresiko terjadinya gangguan pertumbuhan tulang ataupun SIDS yang membahayakan dan hipertermia (overheating).
Jangan bedong bayi setelah umur 2 bulan, karena bayi sudah punya kemampuan untuk tengkurap yang bisa membahayakan terjadinya SIDS.
Kenali bayi Anda. Ada bayi yang memang senang dibedong dan adapula yang tidak. Hal ini memudahkan Anda untuk membuat keputusan akan membedongnya dengan longgar, atau tidak membedongnya.

Catatan: Apa yang dipaparkan dalam tulisan ini mengacu pada tinjauan sistematis tentang membedong (swaddling) yang dimuat dalam jurnal Pediatrics th 2007 dengan merangkum puluhan tinjauan pustaka tentang membedong dari jurnal ilmiah dengan bahasa yang dibuat awam.

0 komentar:

Posting Komentar